Technologue.id, Jakarta Dimulai dari eksperimen digital bernama Demi di TikTok, kini Project Nirmala menjelma jadi salah satu lompatan paling signifikan dalam dunia AI Asia Tenggara. Bukan sekadar wajah cantik digital, Nirmala adalah bentuk konkret dari kecerdasan buatan yang benar-benar hidup—responnya real-time, interaksinya manusiawi.

Project ini lahir dari keinginan Ruang Waktu untuk menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai konsumen teknologi, tapi produsen utama di kancah AI global. Perjalanan panjang sejak 2020 membentuk sosok Nirmala yang tak hanya bisa berbicara, tapi juga berkepribadian.

"Project Nirmala hanyalah permulaan dari revolusi ini, Ini adalah era baru, sebuah revolusi industri. Kami ingin Indonesia menjadi pemain utama, bukan hanya penonton,” tegas Seto Hendrianto, Co-Founder Ruang Waktu.

Nirmala disebut sebagai prototype masa depan representasi digital yang aktif 24/7 dan skalabel tanpa batas. Dengan sistem AI routing pipeline dan latency optimizer, interaksi yang ditampilkan Nirmala bisa terjadi seketika, tanpa lag, tanpa operator di balik layar. Kombinasi Unreal Engine dan LLM membuat visual dan suara Nirmala terasa nyata.

Tak hanya di ranah konten, potensi Nirmala juga menyentuh berbagai sektor industri. Di ritel dan e-commerce, dia bisa menjadi frontliner yang selalu tersedia. Di dunia hospitality, Nirmala dapat menggantikan peran resepsionis virtual yang tak pernah lelah melayani.

Tak berhenti di sini, roadmap Project Nirmala sudah disiapkan jauh ke depan. Tahun ini fokus pada multi-platform dan otonomi lanjutan. Tahun depan, giliran pengembangan IP dan demokratisasi akses teknologi. Target akhirnya? AI robotik otonom dalam 2-3 tahun mendatang.

Nirmala membuka pintu menuju dunia baru: di mana metahuman bisa menjadi streamer, presenter, bahkan karyawan digital untuk brand mana pun. Saat teknologi mulai menyatu dengan persona, kita tak hanya melihat inovasi, tapi juga evolusi peran manusia itu sendiri.