
Technologue.id, Jakarta - Dua raksasa industri Tiongkok, GAC Group dan Huawei, mengambil langkah strategis yang mengejutkan. Keduanya resmi meluncurkan Qijing, sebuah merek kendaraan listrik premium yang menjanjikan teknologi tercanggih dengan pendekatan kolaboratif baru dalam industri otomotif.
Nama Qijing diambil dari bahasa Mandarin yang berarti "Alam Tercerahkan". Brand ini tidak sekadar hadir sebagai pelengkap portofolio, melainkan diciptakan sebagai entitas premium dengan misi besar yaitu memadukan kecanggihan rekayasa otomotif GAC dengan keunggulan teknologi cerdas dari Huawei.
Berbeda dari kemitraan otomotif lainnya, GAC menegaskan bahwa Qijing bukan proyek sampingan. Untuk mendukung ambisi tersebut, perusahaan telah mendirikan perusahaan independen khusus yang sepenuhnya terpisah dari divisi lain, dengan modal awal sebesar RMB 1,5 miliar (sekitar €179 juta). Ini menunjukkan betapa seriusnya GAC dalam membangun merek ini sebagai pemain utama di segmen mobil listrik premium.
Baca Juga:
Huawei Kuasai Pasar Smartphone Lipat Sepanjang 2024
Huawei selama ini dikenal enggan menjadi produsen mobil, lebih memilih berperan sebagai penyedia teknologi. Namun, dalam proyek Qijing, perannya jauh lebih dalam. Tidak hanya menyumbang sistem kokpit pintar dan teknologi mengemudi otonom yang dikenal sebagai Qiankun, Huawei juga mengirimkan tim engineer dan ahli teknologi terbaiknya untuk terlibat langsung dalam pengembangan kendaraan.
Huawei menjalankan kiprah otomotifnya melalui unit bisnis khusus bernama HIMA (Harmony Intelligent Mobility Alliance). Lewat HIMA, Huawei terlibat secara aktif dan strategis dalam seluruh siklus pengembangan kendaraan—mulai dari definisi produk, desain teknis, hingga strategi penjualan.
Model kolaborasi ini sangat berbeda dari pendekatan konvensional antara vendor teknologi dan OEM otomotif. Alih-alih hanya menyediakan chip, sensor, atau sistem infotainment, Huawei menempatkan diri sebagai co-creator dari mobil-mobil yang dihasilkan. Bahkan, dalam beberapa kasus, peran Huawei hampir menyerupai peran produsen utama.
Dalam kasus Qijing, kolaborasi ini mengusung pendekatan baru: “dipimpin oleh produsen mobil, dengan keterlibatan mendalam Huawei.” Artinya, GAC tetap memegang kendali penuh atas merek dan desain produk, sementara Huawei berperan sebagai mitra teknologi strategis—tanpa mendominasi identitas merek.
Baca Juga:
Tiba di Indonesia, Huawei Nova 13 Pro Bawa Kamera Selfie Ganda 60MP
Struktur kerja sama ini juga menjawab kekhawatiran yang sempat muncul di industri otomotif. Sejumlah produsen mobil merasa bahwa identitas merek mereka mulai tersamarkan ketika bekerja terlalu erat dengan Huawei. Oleh karena itu, Qijing menjadi contoh bagaimana produsen mobil dapat memanfaatkan keunggulan teknologi tanpa kehilangan otonomi brand.
Meski merek Qijing telah diperkenalkan secara resmi, pasar harus bersabar. Model pertama dari Qijing dijadwalkan meluncur pada tahun 2026. Namun, peluncuran ini diperkirakan akan membawa perubahan besar dalam persaingan mobil listrik premium, tidak hanya di Tiongkok, tapi juga secara global.
Langkah ini sekaligus menjadi pembuktian bahwa dalam dunia mobil listrik yang semakin digerakkan oleh perangkat lunak dan kecerdasan buatan, masa depan otomotif akan ditentukan oleh kolaborasi strategis antara manufaktur dan teknologi.