
Technologue.id, Jakarta - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengumumkan jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2025 mencapai 229.428.417 jiwa dari total populasi 284.438.900 jiwa penduduk Indonesia tahun 2025.
Dari hasil survei penetrasi internet Indonesia 2025 yang dirilis APJII, maka tingkat penetrasi internet Indonesia menyentuh angka 80,66%, dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 79,50%. Hal ini menunjukkan bahwa internet semakin menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia.
"Penetrasi internet Indonesia saat ini 80,66 persen atau meningkat sekitar 2 persen yang kita tetapkan di tahun 2024. Berarti masih ada 20 persen lagi masyarakat kita yang belum menerima layanan internet di Indonesia," ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII dalam Press Conference Hasil Survei Penetrasi Internet Indonesia 2025 di Jakarta, pada Rabu (6/8/2025).

Penetrasi internet ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti cara akses internet, wilayah geografis, generasi, dan jenis kelamin.
Dari hasil survei, terlihat bahwa penggunaan mobile data masih menjadi pilihan utama untuk mengakses internet, meskipun terjadi sedikit penurunan dari 74,27% pada tahun 2024 menjadi 68,02% pada tahun 2025. Sementara itu, penggunaan wifi rumah mengalami peningkatan dari 22,38% menjadi 28,43%. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur wifi rumah semakin berkembang di masyarakat.
Namun demikian, penggunaan wifi kantor/sekolah/kampus dan wifi di ruang publik juga mengalami peningkatan yang menandakan adanya upaya untuk menyediakan akses internet yang lebih luas dan mudah diakses oleh masyarakat.
Meskipun pertambahan jumlah pengguna masih cukup besar, tantangan utama tetap terletak pada pemerataan akses dan kualitas layanan, terutama di area rural dan wilayah terpencil. Dari segi sebaran wilayah, Jawa masih menjadi pulau dengan tingkat penetrasi internet tertinggi, yaitu 84,69%, dengan kontribusi penetrasi sebesar 58,14%. Sementara itu, Maluku dan Papua merupakan pulau dengan penetrasi internet terendah, yaitu 69,26%, dengan kontribusi penetrasi sebesar 3,71%.
"Tantangan ini dipengaruhi oleh infrastruktur yang menumpuk dan belum merata," ungkap Arif.
Berdasarkan generasi, millennial (kelahiran 1981-1996) merupakan kelompok dengan tingkat penetrasi internet tertinggi, mencapai 89,12%, dengan kontribusi sebesar 25,17%. Diikuti oleh generasi Z (kelahiran 1997-2012) dengan tingkat penetrasi 87,80% dan kontribusi 25,54%.
Dari segi gender, laki-laki dan perempuan memiliki tingkat penetrasi yang hampir sama, dengan laki-laki sebesar 82,73% dan perempuan sebesar 78,57%. Namun, laki-laki memiliki kontribusi penetrasi yang sedikit lebih tinggi, yaitu 51,50% dibandingkan dengan perempuan yang sebesar 48,50%.
Meskipun pertumbuhan penetrasi internet terus meningkat, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah tingkat kasus hoaks yang cukup signifikan, terutama dalam kategori politik dan infotainment. Media sosial menjadi platform yang paling sering digunakan untuk menyebarkan hoax.
Selain itu, kasus kerentanan keamanan data juga menjadi perhatian serius. Pencurian data pribadi, penipuan online, dan perangkat terkena virus menjadi ancaman yang harus diwaspadai. Penyuluhan dan perlindungan data pribadi menjadi hal yang perlu ditingkatkan.
Survei ini melibatkan 8.700 responden dari seluruh Indonesia, yang tersebar secara proporsional di 38 provinsi, dengan responden wni yang berusia minimal 13 tahun. Dilakukan melalui wawancara tatap muka oleh enumerator terlatih, metode survei menggunakan multistage random sampling dengan margin of error (MOE) ±1,1%.